Matamedia.News, (Tangerang) | Komitmen dan kesetiaan itu seperti dua sisi mata uang yang saling melengkapi antara yang satu dengan yang lain. Sebab komitmen tanpa kesetiaan — atau sebaliknya — kesetiaan tanpa komitmen itu artinya yang satu bisa membatalkan yang lain. Pendek kata, sulit untuk dikatakan adanya komitmen tanpa kesetiaan. Begitu juga sebaliknya, kesetiaan jadi nonsens tanpa komitmen.
Karena itu, dasar pijakan kesetiaan dan komitmen itu adalah kejujuran dan keikhlasan. Jadi akan sangat Mustahil mengharap adanya komitmen dan kesetiaan jika tidak kejujuran dan keikhlasan. Dan kejujuran serta keikhlasan itu bersemayam di kedalaman hati yang bersih dan jernih.
Karenanya, akan sangat terasa menyakitkan sekali, ketika harus menghadapi sikap khianat yang tidak konsisten terhadap tampilan janji yang tak perlu diucapkan. Tetapi telah menjadi semacam kata sepakat yang tidak tertulis dan tidak juga perlu diucapkan. Itulah sebabnya — kata orang bijak — sesuatu yang tidak diucapkan itu akan abadi menjadi janji yang sejati. Karena saat semuanya harus diucapkan, dia akan mengusung unsur keriaan — pamer — atau semacam kepongahan yang semakin tidak diperlukan oleh yang bersangkutan.
Seperti ekspresi cinta yang dalam maknanya hanya mampu diungkapkan dalam bentuk perbuatan yang nyata — bukan dalam narasi indah yang mengawang ditiup awan lalu menguap di angkasa tanpa bekas, apalagi akan berkesan. Ibarat lukisan yang dibuat seorang seniman, adalah kata ucap yang tak mampu diuraikan dalam bentuk puisi seindah apapun. Persis seperti puisi itu juga yang tak mampu mengungkapkan sepenuhnya isi hati kepada sang pujaan.
Karena itulah tarian kaum kaum sufi menjadi semacam upaya menggenapi puja puji mereka terhadap Tuhan sebagai kekasih pujaan. Sehingga sinar mata yang haru membiru mampu menembus jantung hati sang kekasih.
Mauk, 27 Juni 2024
Nara Sumber : Jacob Ereste