Matamedia.news, (Doha) | Perdana Menteri Qatar sekaligus Menteri Luar Negeri, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, bertemu dengan menteri luar negeri negara-negara Arab dan utusan senior Amerika Serikat, Steve Witkoff, untuk membahas rencana rekonstruksi Gaza yang diusulkan oleh Mesir. Pertemuan tersebut digelar di ibu kota Qatar, Doha, pada hari Rabu.
Dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Qatar, disebutkan bahwa para menteri Arab mempresentasikan rencana rekonstruksi Gaza kepada Witkoff, yang sebelumnya telah disetujui dalam KTT Arab yang digelar di Kairo pada pekan lalu. Pertemuan ini juga menandai langkah awal untuk melanjutkan konsultasi dan koordinasi terkait implementasi rencana tersebut.
Pernyataan lebih lanjut menegaskan bahwa para menteri Arab berkomitmen untuk terus berdialog dan memperkuat gencatan senjata, serta berupaya menjaga keamanan, stabilitas, dan perdamaian di kawasan melalui upaya diplomatik yang lebih intensif. Mereka sepakat bahwa kerja sama lebih lanjut diperlukan untuk mendukung upaya pemulihan Gaza.
Rencana Mesir untuk rekonstruksi Gaza, yang diungkapkan dalam KTT Arab pada 4 Maret, bernilai sekitar $53 miliar (sekitar QAR 193 miliar). Rencana tersebut akan dilaksanakan dalam tiga fase yang dijadwalkan memakan waktu hingga lima tahun untuk diselesaikan.
Pada kesempatan tersebut, para pemimpin Arab juga menegaskan penolakan mereka terhadap rencana pemindahan paksa warga Palestina ke negara-negara seperti Mesir dan Yordania, yang sebelumnya diusulkan oleh Presiden AS, Donald Trump. Sejak menjabat pada Januari, Trump mengungkapkan rencana kontroversial untuk mengontrol Jalur Gaza dan membangun “Riviera Timur Tengah” di wilayah tersebut. Namun, pada Rabu, Trump menarik kembali pernyataannya dan menyatakan, “Tidak ada yang akan mengusir orang Palestina” dari Gaza.
Juru bicara Hamas, Hazem Qassem, menanggapi pernyataan Trump dengan mengatakan bahwa mereka hanya akan menerima jika ini berarti mundurnya dari rencana pemindahan paksa penduduk Gaza. “Kami mendesak agar posisi ini dilanjutkan dengan memastikan bahwa semua kesepakatan gencatan senjata dijalankan,” kata Qassem, yang juga menegaskan agar Presiden AS tidak mendukung pandangan ekstremis sayap kanan Zionis.
Sejak serangan militer Israel pada 7 Oktober 2023, lebih dari 61.000 warga Palestina telah tewas akibat serangan udara yang menjatuhkan sekitar 75.000 ton bahan peledak ke Gaza. Pemboman tersebut juga mengakibatkan lebih dari 42 juta ton puing yang menutupi wilayah yang terblokade, sementara akses bantuan untuk pembersihan dan pemulihan tetap terhambat.
Laporan dari Program Pembangunan PBB (UNDP) pada tahun lalu mengungkapkan bahwa Gaza akan membutuhkan sekitar 80 tahun untuk sepenuhnya membangun kembali unit perumahan yang hancur. Bahkan dengan skenario yang lebih optimis, yang memungkinkan peningkatan lima kali lipat bahan bangunan yang masuk, proses rekonstruksi diperkirakan baru selesai pada 2040.(*/Feb/Red)