Matamedia.news, (Yogyakarta) | BNPB menggelar diskusi mengenai Peningkatan dan Penguatan Sektor Sosial Ekonomi dan Sumber Daya Alam Lingkungan Pascabencana di Yogyakarta.(Dit. PPSESDA)
Direktorat Pemulihan dan Peningkatan Sosial, Ekonomi dan Sumber Daya Alam (Dit. PPSESDA) BNPB menggelar diskusi mengenai Peningkatan dan Penguatan Sektor Sosial Ekonomi dan Sumber Daya Alam Lingkungan Pascabencana di Yogyakarta pada Jumat (26/7).
Kegiatan ini dibuka oleh Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB Jarwansah, yang mengatakan bahwa kejadian bencana juga memiliki dampak bagi perekonomian, kehidupan masyarakat dan lingkungan.
“BNPB melalui Direktorat Pemulihan dan Peningkatan Sosial Ekonomi dan Sumber Daya Alam melaksanakan kegiatan pendampingan sosial, ekonomi dan sumber daya alam dan lingkungan yang bertujuan untuk memulihkan sektor sosial ekonomi dan sumber daya alam yang terdampak bencana,” ucap Jarwansah melalui sambungan virtual.
“(Pendampingan sosial, ekonomi dan SDAL) dilakukan berdasarkan hasil kajian dengan memperhatikan kearifan lokal daerah, dan kebutuhan serta sumber daya yang tersedia,” lanjutnya.
Penanganan bencana selalu membutuhkan kolaborasi multi pihak atau biasa disebut kolaborasi pentaheliks, termasuk pada masa pascabencana.
“Pembagian peran antar pihak menjadi salah satu upaya yang penting untuk dilakukan. Pengkajian terhadap proses interaksi yang berlangsung antarpihak dalam pelaksanaan kegiatan pemulihan menjadi penting sehingga dapat digunakan di dalam membuat desain kerjasama berbagai pihak dalam rangka pemulihan pascabencana khususnya sektor ekonomi, sosial, dan sumber daya alam dan lingkungan,” tutur Jarwansah.
Harapannya praktik baik dalam pendampingan ini dapat dicontoh dan direplilkasi bagi masyarakat dan lembaga di tempat lainnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur PPSESDA Eny Supartini menjelaskan secara detail terkait program pendampingan sosial, ekonomi dan sumber daya alam dan lingkungan ini termasuk kesuksesan di sejumlah wilayah terdampak bencana di Indonesia.
BNPB turut menggandeng pihak akademisi dalam melaksanakan program pendampingan ini, yaitu dari universitas – universitas negeri setempat.
Pada akhir acara, Kasubdit Pemulihan & Peningkatan Produktifitas SDA dan Lingkungan menyampaikan wrap up hasil diskusi yaitu diperlukan kolaborasi multipihak berbasis klaster (KOMPAK) pada pemulihan pasca bencana, dengan disusunnya regulasi, pembentukan klaster pemulihan dan sistem informasi digital sebagai pendukung komunikasi, monitoring evaluasi dan pelaporan pemulihan pascabencana.
Beberapa pakar yang dihadirkan dalam membahas strategi ini adalah Naibul Umam Eko Sakti (Planas), Samsul Widodo Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga (Kemendesa), Kalaksa BPBD Provinsi Jawa Tengah Teguh Eko Paripurno. Para pakar membahas strategi dan praktik baik dalam upaya peningkatan dan penguatan sektor sosial, ekonomi dan SDAL pascabencana.
Promosikan Hasil Pendampingan Pacabencana
Pada kesempatan berbeda, Dit. PPSESDA BNPB mengikuti pameran Indonesia Tourism & Trade Invesment Expo 2024 yang dihelat di Yogyakarta pada 25 sampai 28 Juli 2024.
Dalam program pendampingan sosial, ekonomi dan sumber daya alam dan lingkungan yang dilakukan BNPB, pendampingan tidak hanya sebatas dilakukan di lokasi bencana saja tetapi hasil pendampingan tersebut juga diikut sertakan pada pameran – pameran berskala nasional maupun internasional sebagai bentuk promosi lebih luas kepada masyarakat.
Pameran kali ini BNPB mempamerkan produk hasil pendampingan pascabencana, antara lain Black Garlic, Mete Sugian dan King Aren dari Provinsi NTB. Abon Ikan “Purnama”, Piring ingko dan Virgin Cocounut Oil Melati, dari Provinsi Sulawesi Tengah. Rengginang Seafood dari Provinsi Lampung. Kerajinan Tangan (Pandicraft) dari Provinsi Banten. Beras Merah “Ejayya” dari Provinsi Sulawesi Selatan. Kopi dan Jahe Susup dari Provinsi Bengkulu. Sambel Penja dan Abon Ikan Tuna dari Provinsi Sulawesi Barat. Serta Telur Ayam “Juai” dari Provinsi Kalimantan Selatan.
Para pengujung tampak antusias saat berada di stan pameran BNPB dan sangat serius mendengarkan penjelasan bahwa barang-barang yang ditampilkan merupakan hasil dari masyarakat yang terdampak bencana. Pengunjung yang ingin membeli, diarahkan melalui link langsung terhubung dengan masyarakat yang melakukan pendampingan.[Setiadi/Red]